Istilah pers diambil dari Bahasa Inggris yakni press yang berarti tekan atau cetak.
Secara definitif, pers berarti menyiarkan atau memublikasikan sesuatu secara
cetak (Printed Publication). Seiring
perkembangannya, pers mempunyai dua pengertian. Pertama dalam arti sempit, pers
adalah segala produk media massa yang melalui proses percetakan seperti koran,
majalah dan bulletin. Sedangkan secara luas, pers mencakup semua media
komunikasi massa (audio dan visual) seperti radio, telivisi, iklan, film dan.
Pers berfungsi menyebarkan informasi, berita, gagasan, pikiran seseorang atau
kelompok kepada masyarakat luas.
Berbicara mengenai pers, tentunya tak terpisahkan
dari jurnalistik. Secara umum, jurnalistik adalah proses, teknik dan ilmu
pengumpulan, penulisan, penyuntingan dan publikasi berita. Jurnalistik diambil
dari kata Journal yang berarti
catatan harian. Jadi secara etimologis, jurnalistik adalah laporan tentang
peristiwa sehari-hari yang saat ini kita kenal dengan istilah
"berita" (news). Semua orang
yang terpaut dalam dunia jurnalistik disebut jurnalis. Seseorang dikatakan
sebagai jurnalis apabila ia menemukan, menuliskan sampai menyebarkan hasil
beritanya ke media massa secara rutin. Berita tersebut berupa tulisan, video
kejadian ataupun hasil foto dari suatu peristiwa. Informasi yang disampaikan ke
khalayak tersebut dapat diperoleh dari wawancara dan dimuat secara objektif.
Sebelum dapat menulis berita, seorang jurnalis harus memahami dasar-dasar dalam
mencari informasi yakni 5W+ 1H.
- What (apa) : Sebelum menulis berita, kita harus menentukan tema/ topik/ ide apa yang akan kita tulis. Unsur ini adalah hal yang pertama kali harus kita tentukan sebelum yang lainnya. Pertanyaan ini akan menjawab apa yang terjadi dalam pemberitaan yang akan kita tulis.
Contoh : Apa yang dimaksud dengan jurnalistik?
- · Who (siapa) : Setelah mengetahui apa yang terjadi, kita harus mencari tau siapa saja yang terlibat dalam peristiwa/ topik tersebut. Dalam unsur ini, kita mampu menjelaskan bagaimana peran seseorang dalam topik itu ataupun pendapat dari narasumber tentang bahasan yang dibuat.
Contoh: Siapa saja yang mampu terjun ke dunia
jurnalistik?
- · When (kapan) : Berita ataupun informasi yang dimuat harus kita ketahui persis waktu terjadinya. Baik hari, bulan, tanggal, tahun ataupun jam agar berita yang kita tulis memang benar ada kejadiannya dan tidak mengada-ada. Waktu yang dimuat dalam berita harus real, tanpa adanya spekulasi (perkiraan).
Contoh: Kapan jurnalistik mulai muncul dan
berkembang di Indonesia?
- · Where (dimana) : Unsur tempat juga merupakan sesuatu yang tak bisa ditinggalkan dalam pembentukan berita. Tanpa adanya informasi lokasi suatu peristiwa, khalayak tidak bisa mengetahui dimana kejadian itu berlangsung.
Contoh : Dimana saja karya jurnalis bisa
dipublikasikan?
- · Why (mengapa) : Pertanyaan ini menjawab berbagai alasan yang dilontarkan.Unsur ini digunakan untuk menemukan latar belakang suatu peristiwa itu terjadi di masyarakat.
Contoh: Mengapa jurnalistik dianggap begitu penting
dalam masyarakat?
- · How (bagaimana): Dalam pembuatan berita, kita harus mengetahui bagaimana proses peristiwa itu berlangsung ataupun bagaimana tanggapan dari pihak berkompeten maupun dari masyarakat yang terlibat dalam kejadian itu.
Contoh: Bagaimana dukungan masyarakat dalam
perkembangan jurnalistik di Indonesia?
Unsur-unsur tadi merupakan pedoman penting yang
harus diterapkan seorang jurnalis dalam pembuatan berita. Keenamam pertanyaan
tersebut sangat berkaitan dan tak bisa dipisahkan untuk penyajian informasi
dalam jurnalistik. Dan unsur itu dipakai untuk menjawab informasi secara
keseluruhan untuk menjawab apa yang terjadi dalam suatu peristiwa ataupun
menjelaskan suatu masalah yang dibahas.
Setelah mengetahui konsep 5W+1H, seorang jurnalis
juga harus mengetahui teknik piramida terbalik. Yakni bagaimana menyusun
informasi secara berurutan dari yang paling penting, kurang penting dan tidak
terlalu penting. Berikut adalah penjelasan piramida terbalik.
- · Judul : Judul berita yang dimuat harus menarik minat orang untuk membaca tulisan tersebut. Jangan kebanyakan kata dalam penulisan judul, maksimal judul tersbeut dibuat dengan delapan kata.
- · Lead : Lead atau kepala adalah informasi yang paling diprioritaskan dalam pembuatan berita. Biasanya, dalam paragraph pertama menggambarkan pokok umum persoalan suatu peristiwa yang dikemas dalam 5W+1H.
- · Isi Penting : Dalam bagian ini dimuat bagaimana pendapat atau sudut pandang narasumber yang paling berkompeten dalam persoalan yang akan dibahas.
- · Isi Kurang Penting: Biasanya, terdiri dari pendapat narasumber tambahan (yang kurang berkompeten) mengenai pro ataupun kontra dalam peristiwa yang ditulis.
- · Isi Tidak Penting: Berisi penutup yakni konklusi dari pemberitaan yang ditulis serta harapan dari narasumber.
Selain menguasai teknik penulisan
berita, seorang jurnalis harus menerapkan beberapa sikap atau kode etik yang
harus dilakukan dalam penyajian berita, yakni:
- · Skeptis yakni sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kemungkinan agar tidak mudah ditipu. Jurnalis harus terjun ke lapangan untuk menggali dan mengungkapkan kebenaran (Joseph Pulitzer).
- · Bertindak adalah cara kerja jurnalis . Karena ia tidak duduk di atas kursi empuk dan di belakang meja, melainkan berada langsung di tempat adanya berita. Get Off Your Ass and Knock on the Door menjadi prinsip kerja seorang jurnalis.
- · Tanggung jawab adalah seorang jurnalis harus mampu mempertanggungjawabkan kebenaran atau keakuratan berita yang ia buat. Karena isi dari sebuah berita harus sesuai fakta dan spekulasi.
- · Disiplin yakni seorang jurnalis harus mampu tepat waktu (on time) dalam mengerjakan tugas atau deadline tulisan yang harus dibuat. Karena dalam suatu media cetak, ada batasan waktu kapan tulisan itu harus dibuat dan kemudian masuk ke tahap percetakan.
- · Bersikap netral maksudnya seorang jurnalis tidak memihak kepada suatu oknum dalam permasalahan / kasus. Disini jurnalis hanya bisa menampung pendapat masyarakat baik pro ataupun kontra. Isi berita yang dimuat tidak boleh memojokkan satu pihak.
- · Open Minded, seorang jurnalis harus memiliki pikiran terbuka dan peka akan peristiwa yang ia hadapi, temui ataupun saksikan. Seorang jurnalis harus berpikiran luas, maksudnya harus bisa menghadapi berbagai perubahan baru dan tidak mengedepankan pemikiran lama yang terkesan kuno. Karena dalam media cetak, berita terbaru atau yang masih fresh memiliki daya tarik dan nilai jual yang lebih tinggi.
Bukan hanya memahami sikap-sikap diatas, seorang
jurnalis juga harus mengetahui penempatan (posisi) yang terbagi di dalam dunia
jurnalistik. Karena dalam jurnalistik khususnya media cetak bukan hanya ada
seorang jurnalis yang bertugas menulis berita. Tapi terbagi juga dalam beberapa
tugas dan fungsi sebagai berikut:
- · Koordinator Liputan : yakni seseorang yang memegang penting pelaksanaan liputan mulai dari pembagian tugas serta tempat dan waktu liputan dan mengatur jadwal-jadwal liputan yang harus dikerjakan.
- · Pimpinan personalia (HRD) : yakni seseorang yang berperan mengatur ketenagakerjaan dalam media cetak. Segala permasalahan dan semua yang berhubungan dengan karyawan, ditangani dan diselesaikan oleh pimpinan personalia. Untuk merekrut anggota barupun, HRD memegang peran yang paling besar.
- · Wartawan (jurnalis/penulis): Ada dua hal yang perlu dilakukan dalam pembuatan berita yakni wawancara dan mengolah hasil wawancara tersebut. Hal ini bisa dilakukan sekaligus oleh satu orang ataupun pembagian kerja (wawancara atau menulis).
- · Editor : Setelah berita selesai ditulis oleh jurnalis, naskah tersebut tidaklah langsung diterbitkan pada media cetak. Akan tetapi diperiksa terlebih dahulu oleh editor mengenai cara penulisan, abjad, tanda baca dan pemilihan diksi dalam berita yang ditulis.
- · Layouter: Berperan untuk mengatur tata letak dan design suatu laman, agar terlihat lebih berwarna dan menarik perhatian untuk dibaca. Misalnya pemilihan huruf, besar kecil huruf dan penempatan foto.
- · Photografer: Dalam penyajian teks, pastinya diikuti dengan foto yang berkaitan dalam berita tersebut. Inilah tugas seorang Photografer untuk mengambil foto dengan daya tarik tinggi dan memiliki nilai estetik agar berita tersebut lebih bernilai.
Itu tadi sedikit penjelasan tentang
dasar-dasar jurnalistik. Sebenarnya jurnalistik bisa dilakukan semua orang,
bukan hanya yang terpaut dalam perusahaan media cetak. Kita sendiri sebagai
mahasiswa mampu menjadi jurnalis dengan mengikuti Lembaga Pers Mahasiswa di
Universitas ataupun Fakultas. Kita juga bisa memublikasikan hasil tulisan kita
melalui internet dengan segala kemudahan akses yang ada sekarang.
Semoga makin banyak anak muda yang
tertarik untuk mempelajari jurnalistik. Karena pada hakikatnya seorang jurnalis
memiliki pengetahuan yang lebih banyak ketimpang orang-orang yang tidak
menulis. Semoga tulisan saya ini bermanfaat, karena sebenarnya menjadi jurnalis
itu mudah asal kita memahami dasar-dasar jurnalistik yang ada. Salam Pers!